Sekitar pukul 3 dini hari tepatnya di tanggal 9 Oktober bulan 10 tahun 2011, terdengar suara tangisan bayi mungil menandakan bahwa Adikku yang kedua yang berjenis kelamin laki-laki telah lahir secara sehat dan sempurna di rumah sepupuku. Suara tangisannya menggema seisi ruangan dan menebarkan suasana kebahagiaan. Beberapa menit setelahnya, Ayahku pun mengazaninya dengan rasa bahagia dan haru.
Bagaimana tidak ia adalah anak laki-laki pertama di keluargaku dari aku dan adikku yang perempuan. Dengan lahirnya ia bertambah lah satu anggota keluarga lagi yang saat itu langsung di beri nama "Ahmad Fathullah". Begitulah cerita yang diceritakan kakak sepupu ku padaku di pagi hari. Karena aku tidak terbangun dan sama sekali tidak mendengar suara apapun. Aku berpikir bagaimana bisa aku melewatkan momen seperti ini.
Saat aku menuruni tangga, ku lihat Ayahku sedang duduk sambil memangku bayi kecil mungil dengan adik perempuan ku yang bernama Farah di sampingnya. Aku pun mendekat ke arah mereka bertiga karena ada hal yang ingin ku tanyakan pada Ayahku.
"Ayah, bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Apa yang ingin engkau tanyakan, Najwa?" jawabnya sambil masih melihat bayi yang berada di pangkuannya.
"Apa Arti dari nama yang Ayah berikan?" kataku sambil mengusap kepala Adikku yang masih sangat lembut dengan rambut yang tebal.
Ayahku menoleh ke arahku, "Arti dari namanya Ahmad yang berarti kebaikan, sedangkan Fathullah adalah semoga kelak ia patuh terhadap Allah dan segala perintahnya serta menjauhi larangannya." ucap Ayahku dengan penuh bangga kemudian
Mendengar arti namanya, aku yang saat itu berusia hampir 9 tahun mulai paham arti dari nama itu yang membuat mataku berbinar-binar. Aku juga akan menyayangi nya sama seperti Farah dan aku akan selalu membantunya apapun yang terjadi.
Fathul sama seperti Bayi yang sehat dan sempurna pada umumnya, tidak ada proses perkembangan dan pertumbuhan yang terlewatkan. Semua sesuai dengan umurnya, imunisasi nya pun tak pernah terlewat sama sekali. Kadang ia menangis merengek karena lapar, atau Farah yang saat itu masih berumur 2 tahun suka memukulnya.
"Hei Farah, kok kau malah mukul adik kita sih? nggak boleh!" bentak aku padanya yang membuat ia berlari menangis sambil mengadu ke ibu yang ujung-ujungnya aku juga yang di marahi. .
Namun sekitar umur 9 bulan, ia tiba-tiba jatuh sakit karena terkena penyakit muntah dan diare bersamaan yang membuatnya harus di rawat inap di rumah sakit selama seminggu. Kami sekeluarga sangat khawatir akan keadaannya. Alhamdulillah ia diberi kesembuhan oleh Allah SWT dengan di angkat penyakitnya.
Ketika beranjak usia 3 tahun, sayangnya Aku sedang tak berada disampingnya. Aku pergi menuntut Ilmu di Pondok Pesantren Darussalam Gontor Putri 3 yang letaknya Di Jawa timur. Aku tak bisa melihat perkembangan dan pertumbuhannya secara langsung selama satu tahun lamanya.
"Kira-kira apa ya yang ia lakukan sekarang? apa yang di lakukan Ayah Ibu dan Adik-adikku sekarang? Sungguh aku merindukan mereka." Aku selalu mengucapkan itu ketika sebelum tidur.
Aku tak tau harus bersyukur apa tidak sekarang. Aku disana hanya bertahan selama satu tahun saja, dan perasaanku campur aduk saat itu. Aku sangat bahagia akhirnya keluarga kami kumpul kembali.
Aku ingat saat itu. Saat dimana kedua Adikku menyambutku dengan penuh haru dan bahagia.
"Kakak selamat datang lagi kerumah!" sambut adikku, Farah kemudian memelukku dengan erat.
sedangkan adikku Fathul, ia yang umurnya masih 4 tahun itu tidak banyak bicara. ia mengikuti apa yang di lakukan Farah. Iyap dia memelukku juga dengan Erat.
Kedua Adikku itu tak henti-henti nya bercerita saat aku tak ada dirumah.
Mereka berdua menceritakan semua kejadian yang mereka alami.
"Kakak tau? Fathul sudah bisa makan nasi dan ikan lho! tapi--"
"oh iya? bagus dong wah kakak jadi ingin melihatnya secara langsung. Lain kali liatin ke kakak ya?"
Mendengar hal itu, entah apa alasannya Fathul tidak merespon apapun. Ia hanya diam tak bergeming.
Seminggu kemudian yang saat itu lauk kami terdapat ikan, jadi ini adalah waktu yang pas untuk melihat adikku Fathul memakan nasi dan ikan yang dibumbui bumbu kuning.
Tapi aku terkejut melihatnya yang tidak mau menyentuh dua makanan itu. Ia malah memilih memakan Mie Instan yang sudah dimasak oleh Ibu ku.
"Lah kok Fathul malah makan Mie? bukannya dia bisa ya makan nasi dan ikan? soalnya kakak denger dari Farah tadi pagi." ujarku heran, dan bertanya pada ibu ku.
"Entahlah, semenjak kamu pulang ke sini tiba-tiba ia tak mau makan makanan itu. dan malah hanya bisa makan Mie instan dan Minum susu."
Aku terkejut. Pantas saja saat aku bicara hal itu ia malah diam dan tak bergeming. Aku sempat khawatir, karena takut akan perkembangan dan pertumbuhan nya kelak karena ia berbeda dengan kami yang tidak memakan makanan pokok orang Indonesia yaitu Nasi. Ia benar-benar hanya mengandalkan Mie instan saat itu namun karena Ayahku takut akan terjadi sesuatu pada gizinya, akhirnya Ayah dan Ibuku mengusulkan agar memberi nya makan makanan bubur. Tapi bukan bubur yang dari nasi langsung melainkan Super bubur.
Alhamdulillah ia mau memakannya sampai berumur 5 tahun. Kami tidak memberinya makanan itu lagi di karenakan stok nya sudah habis. Dan Alhamdulillah juga ia bisa memakan makanan lain selain Mie instan yaitu Bakso, dan Mie tiaw.
Walaupun ia tak makan nasi ia tetap tumbuh dan berkembang layaknya anak seusianya. makanan sehari-harinya adalah Mie instan yang kami belikan yaitu miegelas dan minumannya Teh dan Susu formula. .
"Mama kok Fathul nggak dipaksa makan sih? mungkin kalau di paksa bakal mau." ujarku memberi saran pada Ibu.
"Sepertinya kalau di paksakan nanti ia semakin tidak mau memakannya. Biarkan saja tidak apa-apa yang penting ia sehat dan bugar." jawab ibu ku dengan tenang.
"Mama juga sebenarnya ingin dia seperti anak-anak lain. Dan kita tidak repot juga kalau pergi kemana-mana harus menyiapkan makanan khusus adikmu. Lalu Mama juga kasihan kalau kita berada di acara resepsi pernikahan yang disana tidak ada menu bakso pasti ia tak makan." ucap ibu ku sambil membuat Susu dan terlihat sedih di mataku.
Aku berusaha menenangkan Ibu ku dengan berkata, "Mama tak perlu sedih, yang penting Fathul selalu sehat dan mari kita doakan agar ia mau memakan makanan pokok seperti kita."
Saat sudah memasuki Madrasah Ibtidaiyah Fathul meraih Juara kelas yang ke 2. Ia sudah bisa membaca saat akhir semester 1. Ia juga sangat mahir dalam pelajaran Berhitung. Namun, kekurangannya adalah tulisannya yang belum sedikit bagus. Tapi ini sudah lebih dari lumayan untuk anak yang kesehariannya hanya memakan Mie dan Susu Formula dan juga ada penjual pentol kuah keliling dan ia dapat makanan tambahan.
Saat berumur 7 tahun ia tiba-tiba berhenti meminum susu Formula lagi. Tapi Alhamdulillah ia mau memakan bubur buatan Mama dengan lauk daging kecap di atasnya.
"Fathul mau coba bubur dengan daging kecap sebagai lauknya?" tawar ibu ku.
Ia berpikir sejenak dan kemudian mengangguk, "boleh deh pengen coba."
Alhamdulillah Aku dan ibuku sangat sangat bersyukur. Kini ia sedikit-sedikit mulai merubah pola makannya dengan keinginannya sendiri. Ia benar-benar melahap bubur itu dan habis.
Di umur 8 tahun, saat pertengahan bulan ramadhan kami benar-benar di kejutkan kembali olehnya.
lagi-lagi ini dimulai dengan tawaran ibu ku setelah memasak nasi goreng untuk Farah yang aromanya di cium oleh Fathul dan ia seperti tergiur dan ingin mencoba.
Melihat hal itu, Ibu ku langsung memberikan saran, "Mama mau memberimu nasi dengan daging kecap di atasnya dan ditambah kecap yang banyak Fathul mau?"
Aku tak habis pikir, Ibu ku bisa-bisanya berkata seperti ini. Habisnya Aku telah berkali-kali membuatnya tergoda akan makanan yang lain tapi tetap saja ia tak mau.
"Boleh, tapi jangan banyak-banyak"
Aku, Ibu, dan Farah benar-benar tercengang mendengar jawabannya. Kamu bertiga seperti di alam mimpi. Ini sungguh keajaiban dan kata mamaku ini adalah Lailatul Qadarnya yang diberikan kepada keluarga kita berupa Fathul yang sudah mau memakan Nasi.
Dia benar-benar melahapnya, walaupun sedikit lama mengunyahnya tapi aku tetap bahagia melihatnya seperti itu.
sekarang, sudah setahun lebih kejadian itu bermula. Dan ini akan menjadi tulisan yang berkesan dengan amanat "jangan memaksakan sesuatu yang tidak disuka. Suatu saat ia akan mencoba sesuatu itu dan mungkin akan mulai menyukainya."